Jumat, 23 April 2021

Semiotika - Charles William Morris

Dalam pertemuan kali ini mata kuliah Kajian Seni Rupa & Desain membahas tentang semiotika yang dikemukakan oleh Charles William Morris. Beliau adalah seorang filsuf dan ahli semiotika asal Amerika Serikat.

Semiotika CW Morris menjabarkan atau merumuskan makna tanda dalam artian Behavioristis atau Aliran Perilaku yaitu filosofi dalam psikologi yang berdiri pada proposisi bahwa apapun yang dilakukan dengan organisme termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal. Behavioristis beranggapan bahwa semua teori harus memiliki dasar yang bisa diamati tetapi tidak ada perbedaan antara proses yang dapat diamati secara publik (seperti tindakan) dengan proses yang diamati secara pribadi (seperti pikiran dan perasaan).  Maksudnya bahwa objek penelitian semiotika adalah suatu sikap behavioristis yang dapat diamati, serta dapat dipahami sebagai reaksi makhluk hidup atas rangsangan. Bisa dibilang objek penelitian semiotika adalah sikap dari suatu tanda.

Semiotika ilmu yang mempelajari tentang tanda. Tanda berarti sesuatu yang mewakilkan sesuatu dan bisa dikatakan sebagai pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai kiasan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan. Proses mewakilkannya itu terjadi pada saat tanda itu diartikan hubungannya dengan yang diwakilkannnya, bisa berupa bentuk atau warna, layout atau grid dalam karya desain. Proses tersebut disebut semiosis. Suatu proses dimana suatu tanda berfungsi sebagai perwakilan dari apa yang ditandainya. Hal yang menjadi fokus dalam pembelajaran semiotika disini adalah tanda itu sendiri, yaitu proses yang memadukan perbedaan yang disebut sebagai representasi dari hal yang diwakilkan yang disebut sebagai objek dari suatu tanda.

Seperti yang sudah di ketahui Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda, tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu. Semiotika memandang komunikasi sebagai pembangkitan makna dalam pesan. Makna bukanlah konsep yang mutlak dan statis yang bisa ditemukan dalam kemasan pesan. Pemaknaan merupakan proses aktif. Berbicara tentang makna, setidaknya ada tiga unsur yang mesti ada dalam setiap studi tentang makna. Ketiga unsur itu adalah: tanda, Acuan tanda, dan pengguna tanda. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indera kita; tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri; dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga bisa disebut tanda. Pengertian tanda sebenarnya cukup rumit, bergantung pada varian dan paradigma mana yang dipakai. 

Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dianalisis oleh indera kita. Tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri. Dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga bisa disebut tanda. Tanda adalah sesuatu yang dikaitkan pada seseorang untuk sesuatu dalam beberapa hal atau kapasitas. Salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang disebut sebagai tanda. Sementara interpretasi adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang panggil sebuah tanda. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakilkan oleh tanda tersebut. Dalam KBBI penanda adalah sesuatu yang digunakan untuk memberi tanda, petunjuk, dan  sifat khusus satuan kebahasaan yang menunjukkan kelas atau fungsinya. Penanda merupakan aspek material dari bahasa yaitu apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Penanda dapat berupa bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna. Petanda adalah adalah konsep makna dari penanda. Sesuatu hal yang berkaitan dan di klasifikasikan oleh pananda berarti maknanya yaitu disebut petanda.

makna paling nyata yang terdapat dalam sebuah tanda yang bersifat langsung (gambaran sebuah petanda). Hal tersebut merupakan apa yang digambarkan tanda terhadap subyek. Lalu menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan dan emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaan tempat munculnya tanda. Bila pernyataan awal merupakan apa yang digambarkan tanda terhadap subyek maka pernyataan kedua adalah bagaimana menggambarkannya. klasifikasi yang di kemukakan Morris sangat diperhatikan dalam gambaran penelitian seni rupa dan desain, karena ia mengidentifikasi tingkat sebuah penelitian, apakah dimulai dari level sintaktik (struktur dan kombinasi tanda), level semantik (makna sebuah tanda) atau atau pragmatik (penerimaan dan efek tanda pada orang atau masyarakat penerima tanda). Dan dibahasan kali ini hanya mengulas sampai ke level semantik saja.

Semiotika Sintaktik menguraikan tentang kombinasi tanda tanpa memperhatikan maknanya ataupun hubungannya terhadap perilaku subjek. sintaktik ini mengabaikan pengaruh akibat bagi subjek yang menginterpretasikan. Dalam bahasa, sintaktik merupakan tinjauan tentang perwujudan bahasa sebagai paduan dan kombinasi dari berbagai sistem tanda. Perwujudan bahasa akan dapat diuraikan secara komposisional dan ke dalam bagian-bagiannya, serta hubungan antar bagian dalamnya.

Semiotika Semantik menguraikan tentang pengertian suatu tanda sesuai dengan ‘arti’ yang disampaikan. Semiotika semantik merupakan tinjauan tentang sistem tanda yang dapat sesuai dengan arti yang disampaikan. Dalam bahasa, semantik merupakan perwujudan makna yang ingin disampaikan oleh penuturnya dan disampaikan melalui ekspresi wujudnya. Wujud tersebut akan dimaknai kembali sebagai suatu hasil persepsi oleh pendengarnya.  Perwujudan makna suatu bahasa dapat dikatakan berhasil jika makna atau ‘arti’ yang ingin disampaikan oleh penutur melalui kalimatnya dapat dipahami dan diterima secara tepat oleh pendengarnya, jika ekspresi yang ingin disampaikan penuturnya sama dengan persepsi pendengarnya.

Alat-alat sintaktik diantaranya urutan kata, bentuk kata, intonasi, dan konektor. Urutan kata diartikan sebagai letak atau posisi kata yang satu dengan kata yang lain dalam suatu konstruksi sintaktik. Perbedaan dalam urutan kata dapat menimbulkan perbedaan makna. Prinsip bentuk kata sama dengan dalam kajian semantik, jika bentuk kata berbeda, maka makna akan berbeda, meskipun perbedaannya tidak jauh (sedikit). Selanjutnya, intonasi yang apabila muncul di ragam tulis tidak dapat digambarkan secara akurat sehingga menimbulkan kesalahpahaman. Intonasi bisa memiliki kemampuan permaknaan yang beranekaragam dan intonasi dapat mengubah makna. Alat yang terakhir yaitu konektor, konektor memiliki tugas menghubungkan satu konstituen dengan konstituen lain, baik yang berada dalam kalimat ataupun yang berada di luar kalimat. Konektor berbentuk konjungsi. Konektor terdiri dari konektor koordinatif dan konektor koordinatif.

Contoh sintaktik. "Kemarin, paman menawari Budi sebuah pekerjaan yang menarik". Secara sintaktik, kalimat di atas terdiri atas kata keterangan waktu kemarin yang berperan sebagai keterangan, kata benda paman yang berperan sebagai subjek, kata kerja menawari yang berperan sebagai kata kerja, kata benda Budi yang berperan sebagai objek, serta frasa sebuah pekerjaan yang menarik yang berperan sebagai pelengkap.

Contoh semantik. "Uang = Duit, Besar = Gede". Pada kata uang dan duit memiliki makna yang sama, namun dapat menunjukkan identitas kelompok yang menggunakannya. Dalam analisis semantik harus disadari bahwa bahasa adalah bersifat unik, dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan dengan budaya masyarakat pemakaiannya maka analisis semantic suatu bahasa hanya berlaku untuk bahasa itu saja, tidak dapat digunakan untuk menganalsis bahasa lain.

Jumat, 16 April 2021

Teori Panofsky dalam Karya Heri Dono

 


Kuasa-Tahta (2014) Heri Dono

PRAIKONOGRAFI

A. Karya Heri Dono

Karya Heri Dono baik berupa lukisan, instalasi, seni pertunjukan mengandung berbagai makna kritik sosial. Hal tersebut mencakup beragam persoalan dalam spektrum sangat luas, mulai dari masalah sosial, politik, kebudayaan, lingkungan dan perkembangan teknologi. Masalah-masalah itu ditampilkan secara karikatural, satir, dan parodikal.

B. Unsur-Unsur Formalistik

1. Titik

Unsur titik yang paling menonjol terdapat pada mata, telapak kaki, ujung jari serta titik di motif tambahan lain sebagai pelengkap.

2. Garis

• Garis Diagonal

Garis diagonal membentuk arah lengan yang menunjuk lengan lainnya yang terurai, kaki juga terdapat garis diagonal.

• Garis Lengkung.

Garis lengkung ada pada siku-siku lengan dan kaki yang sedang di lipat.

• Garis lurus vertikal di ujung objek dan horisontal berada pada pangkal lengan yang berwarna putih.

3. Bidang.

• Bidang segitiga

Hampir tidak ada bidang dalam lukisan ini, hanya terdapat pada gigi dari ke 3 objek yang digambarkan

• Bidang segi empat

Bidang segi empat berwarna putih membentuk alas dari lengan objek yang disebelah kanan.

4. Bentuk

Pengunaan bentuk pada karya ini berupa dua manusia pada satu tubuh (hewan menyerupai kuda berkaki empat). Manusia pertama merupakan manusia dengan mata lima, manusia ini digambarkan sebagai pemilik tubuh bagian depan pada bagian tubuhnya tertera tulisan tahta dan terdapat symbol garuda di atasnya serta pada bagian kaki tertera tulisan kuasa.

5. Warna

• Sifat warna

pewarnaan didominasi oleh warna gelap dengan teknik demikian memberi kesan dinamis.

• Perpaduan warna

Warna hijau pada lukisan dipadukan dengan warna lain seperti merah, putih, hitam; begitu pula pada warna merah, warna merah tidak dinyatakan murni merah melainkan dipadukan dengan warna-warna lain seperti hitam putih dan sedikit hijau.

6. Textur

Teksturnya adalah titik garis kasar atau halus yang tidak teratur pada suatu permukaan kanvas.

C. Prinsip Desain

1. Ukuran

Media pada lukisan ini menggunakan kanvas yang berukuran 300 cm x 200cm (Horizontal) serta memakai cat akrilik.

2. Skala

karya Heri dono tersebut di sajikan dalam komposisi horizontal.

3. Proporsi

Proporsi pada lukisan berjudul Kuasa-Tahta dengan objek memenuhi bidang kanvas.

4. Harmoni

• Kesatuan

Pilihan warna pada karya lukis Heri Dono bukan warna-warna yang murni, akan tetapi pilihan warna yang merupakan perpaduan dari warna putih dan hitam. 

• Keanekaan

Keanekaan warna di antaranya campuran warna biru pada begrond yang sedikit keputihan serta warna biru putih yang monokrom dengan warna begrond yang disapukan mengelilingi subjek

• Kontras

Kontras pilihan-pilihan warna banyak dipadukan dengan warna hitam dan putih. Apabila dicermati pewarnaan demikian tidak hanya diterapkan pada karya “kuasa-tahta”, tetapi juga pada karya lukis lainnya dengan cirihas sapuan yang ekspresif.

5. Keseimbangan 

Komposisi a simetri pada lukisan ini disusun secara menarik apabila dilihat.Kecenderungan untuk memenuhi bidang kanvas dan pemanvaatan ruang-ruang koson di isi dengan bentuk-bentuk visual yang menarik sekaligus mendukung maksud dari lukisan tersebut.

6. Irama

Irama memvisualkan terdapat tiga kotak kecil yang semuanya tergambar figur-figur manusia yang menghadap kedepan.

7. Penekanan

objek pada karya tersebut terdiri atas dua bagian yang menyatu dalam satu badan. Bagian tersebut terdiri dari bagian depan dan bagian belakang.

8. Pola dan ornamen.

tulisan tahta pada bagian atas garuda, tulisan kuasa pada bagian kaki, selain tanda tersebut pada bagian depan juga terdapat gambar kursi, manusia bersayap yang digambarkan kecil dan orang pada bagian kotak (kalung).

9. Pengulangan.

Pengulangan yang dihadirkan oleh lukisan Heri Dono menyerupai wayang, hal tersebut dapat kita lihat dari pewarnaan antara wajah dengan badan. Hal tersebut sama  dengan lukisan-lukisan lainnya.

D. Pemaknaan 

Lukisan tersebut mengajak para penikmat untuk memahami kejadian atau isu tersebut pada masa kini yang penuh dengan dilemma kekuasaan. Karya tersebut juga mewakili cara pandang, sikap serta penilaian Heri Dono terhadap isu yang berkembang belakangan pada tahun lukisan dibuat.


IKONOGRAFI

Objek yang dihadirkan oleh Heri Dono sepintas menyerupai wayang, hal tersebut dapat kita lihat dari pewarnaan antara wajah dengan badan. Hampir dalam setiap lukisannya penggambaran objek selalu demikian. Wajah digambarkan berwarna berbeda mewakili sifat tokoh yang digambarkan. selain itu, posisi yang digambar menghadap ke samping seperti bentuk wayang pada umumnya. Gaya kartun yang konyol juga dapat terlihat dari penggambaran tokoh manusia yang digarap dalam bentuk yang kecil dengan tingkah yang lucu sesuai karakter kartun. Karya Heri Dono merupakan karya yang berkualitas, ciri khas wayang dan kartun dalam ungkapan percakapan naratif merupakan karya yang memiliki nilai budaya sekaligus ungkapan yang sangat personal sehingga membuat karyanya sangat orisinil. Komposisi dan perwujudan unsur-unsur visual dalam likisan ini juga disusun dengan pertimbangan yang menarik, lukisan tersebut juga penuh dengan pesan moral meskipun dikemas dalam sebuah narasi yang penuh celotehan. Heri Dono selalu melukis dengan mengaitkan pada simbol, dan pintar dalam memanfaatkan bidang kosong menjadi unsur visual yang memiliki makna sekaligus mendukung keberadaan pesan yang ingin disampaikan dengan gaya ungkap tersebut mampu mampu membawa penikmat pada kontek yang dibawakan.

Kamis, 08 April 2021

Fusi Horizon Hermeneutika Gadamer

"Pada kenyataannya sejarah bukanlah milik kita; melainkan kita adalah milik sejarah. Lama sebelum kita mengerti diri kita melalui proses pemeriksaan diri, kita memahami diri kita dalam cara yang terbukti dengan sendirinya di dalam keluarga, masyarakat, dan negara tempat kita tinggal. Fokus dari subyektivitas adalah cermin yang mendistorsikan. Kesadaran diri dari individu hanyalah berkelip-kelip dalam sirkuit tertutup dari kehidupan historis. Itulah sebabnya prasangka [pra-penilaian (Vorurteil)] dari individu, jauh melebihi penilaiannya, merupakan realitas historis dari keberadaannya". (Gadamer 1989:276-7, tr.)


Dalam Sinar Bulan

A. Kesadaran Sejarah (dari dalam diri)

* Kebaya menurut saya adalah karya seni budaya warisan Nusantara yang wajib dilestarikan. Khususnya perempuan yang memiliki peran penting bagi pakaian tradisional tersebut. Walau seiring berjalannya waktu kebaya memiliki variasi yang lebih beragam mulai dari warna, motif, serta bahan. Tetapi selama tidak melanggar estetika ciri khasnya akan masih dianggap sebagai bagian dari budaya dari sisi pakaian tradisional.

* Warna biru muda menurut saya melambangkan ketenangan, sejuk, santai, seperti visual yang terdapat dalam lukisan tersebut Ratna Dewi sedang menggendong dengan hewan peliharaannya. Warna biru muda bisa memberikan efek menyegarkan pada lukisan.

B. Horizon Karya Seni Rupa (deskriptif/formal)

* Lukisan Dalam Sinar Bulan karya Basoeki Abdullah merupakan lukisan realisme dengan gaya mooi indie. 

* Media yang digunakan adalah cat minyak diatas kanvas berukuran 80 cm x 120 cm.

C. Reintepretasi (usaha mem-fusi-kan)

* Lukisan ini menggambarkan tentang sosok wanita bernama Ratna Sari Dewi berparas cantik memakai kebaya bermotif flora di bawah sinar bulan dengan menggendong seekor anak anjing berjenis ras pomeranian.

* Dari karya realisme adanya wanita berpakaian kebaya berwarna biru muda menunjukan keanggunan seorang Ratna Sari Dewi yaitu perempuan yang dilukisnya. Dengan latar belakang pepohonan ditambah cahaya sinar bulan membuat lukisan tersebut menjadi elegan.

Wanita Solo

A. Kesadaran Sejarah (dari dalam diri)

* Batik menurut saya seni budaya yang membalut tubuh kita selama bertahun-tahun. Dalam konteks apapun batik selalu digunakan. Tidak terpaku oleh kalangan tua-muda miskin-kaya pria-wanita semua bisa memakainya.

* Warna biru tua menurut saya melambangkan keyakinan, tenang, dan tegas. Seperti gambaran pada lukisan tersebut yang menampilkan Gusti Nurul yang sedang berpose meyakinkan si pelukis.

B. Horizon Karya Seni Rupa (deskriptif/formal)

* Lukisan Wanita Solo karya Basoeki Abdullah merupakan lukisan realisme dengan gaya mooi indie. 

* Media yang digunakan adalah cat minyak diatas kanvas berukuran 75 cm x 100 cm.

C. Reintepretasi (usaha mem-fusi-kan)

* Dalam lukisan ini terdapat seorang putri tunggal dari Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Mangkunegoro VII. Berparas anggun dengan rambut rapih berkonde dengan kebaya berwarna biru ditambah kain batik untuk bawahannya. Berpose sedang bersandar pada tembok dengan sikunya.

* Dari karya realisme adanya wanita berpakaian kebaya berwarna biru tua dan batik pada bawahannya. Menggambarkan sesosok putri kerajaan yang terlihat tegas dan mandiri. Dengan latar belakang taman berbunga serta juga kondisi cuaca yang cerah.

Kamis, 01 April 2021

Kritik Seni Edmund Burke Feldman



Berbicara tentang kritik, kritik sudah sejak lama dilakukan oleh kita sebagai manusia. Dalam keseharian, kita secara sadar atau tidak sadar sering melontarkan kata, kalimat, atau bahasa yang bersifat memberikan tanggapan, komentar, dan penilaian terhadap suatu karya dalam bentuk apa pun. Keterangan mengenai hal kelebihan dan kekurangan ini akan dipergunakan dalam berbagai aspek, terutama untuk menunjukkan kualitas dari sebuah karya. Kritik karya seni tidak akan hanya untuk meningkatkan kualitas pemahaman maupun apresiasi terhadap suatu karya seni, tanpa merendahkan karya yang dibuat oleh senimannya, demikian juga dapat dipergunakan sebagai standar untuk meningkatkan suatu kualitas proses atau hasil dari berkarya seni.


1. DESKRIPSI

Deskripsi yang dimaksud Feldman adalah "petunjuk" sekaligus "penunjuk". Maka deskripsi mengarahkan ke apa saja yang terlihat, terdengar, terpikir dan seterusnya setelah melihat karya seni tersebut. Feldman berharap kritikus seni bersifat netral dalam tahapan pertama ini. Netral yang dimaksud adalah menghindari pandangan subyektif dalam mendeskripsikan karya seni itu. Maka, sebaiknya menghindari kata-kata yang mengarahkan pembaca ke persepsi kritikus, misalnya indah, cantik, menarik, keren, dan sebagainya. Kata-kata yang sebaiknya digunakan adalah yang menunjukkan informasi faktual dari karya tersebut. Dimulai dari pertanyaan siapa artisnya, judul dan media yang digunakan, kapan dikerjakan dan jelaskan apa yang kritikus lihat/dengar/rasakan/dapatkan ketika berhadapan dengan karya seni yang dimaksud.


2. ANALISIS FORMAL

Setelah mendeskripsikan karya seni tersebut maka masuk dalam tahapan kedua yakni analisis. Dalam tahapan kedua analisis karya seni ini, maka semua pengetahuan kritikus seni terhadap karya seni dan disiplin seni (dan ilmu yang berkaitan) yang dimaksud akan sangat bermanfaat dan berpengaruh pada hasil penilaian kritikus seni. Misalnya, kritikus seni mulai menganalisis ukuran kanvas, bentuk, warna, dan sebagainya pada karya seni rupa. Atau, meneliti pilihan chord, notasi, tempo dan sebagainya pada karya musik. Pada karya teater mungkin melihat genre, pilihan naskah, pilihan metode akting, pilihan bentuk dan sebagainya. Begitu juga karya seni lainnya seperti tari, sastra dan film. Analisis tersebut biasanya akan dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan semacam; kenapa memilih warna itu, apa saja bentuk yang dibuat dan disusun, atau kenapa memilih genre itu, dan sebagainya. Intinya adalah, kritikus seni akan mencoba mengungkapkan apa yang diinginkan artis sehingga mengambil keputusan tertentu. Serta mencari koneksi, hubungan dan sebagainya dari karya seni tersebut ke lingkungan sosial, kejadian, sejarah atau pemikiran seniman.


3. INTERPRETASI

Setelah melewati tahapan pertama dan kedua, maka kritikus seni akan masuk ke tahapan berikutnya, interpretasi. Tentunya, di sini waktunya ide, perasaan apriori, sensasi tertentu dan perspektif estetis kritikus mulai dimunculkan. Bisa dikatakan, ketika masuk ke tahapan ini, maka kritikus akan mulai menyampaikan arti, gagasan dan informasi di dalam suatu karya seni berdasarkan deskripsi (tahap 1) dan analisis (tahap 2) yang sudah dilakukan sebelumnya. Dalam tahapan ini, kritikus akan mulai dengan pertanyaan seperti; apa kaitan judul karya dengan maknanya? Atau, apakah yang sebenarnya sedang diceritakan atau disampaikan seniman? Atau, apa perasaan yang Anda dapatkan setelah melihat karya seni ini? Begitulah kira-kira.


4. EVALUASI

Di tahapan terakhir ini, semua tahapan sebelumnya akan menghadirkan satu kesimpulan. Dan dari kesimpulan itu akan muncul satu hal; penilaian. Bisa dibilang, tahapan ini yang paling ditunggu pembaca dari seorang kritikus. Di bagian ini, kritikus akan mulai "memutuskan" bagaimana kualitas karya tersebut. Pendapat yang subyektif biasa juga masuk ke dalam tahapan ini, misalnya apakah kritikus suka atau tidak dengan karya tersebut. Hal yang sering salah dilakukan, menurut Feldman, adalah bagian keempat ini justru sering diletakkan di awal. Padahal, karya tersebut belum diselami sepenuhnya. Alias, sudah memutuskan sebelum memeriksa. Maka pertanyaan untuk tahapan ini adalah, apakah seniman tersebut berhasil? Berhasil yang dimaksud adalah, berhasil membuat karya yang berkualitas, serta berhasil menyampaikan gagasannya secara utuh lewat karya seninya. Dan mungkin juga, berhasil secara materi.

Seni dan Desain

Dalam jurusan Desain komunikasi visual seni dan desain adalah sesuatu yg sering kali dibahas. Prakteknya pun banyak tugas yg sudah dikerjaka...